Desain interior dan desain grafis merupakan dua disiplin ilmu yang
berbeda secara dimensi, tujuan hingga aplikasinya. Namun, keduanya
memiliki satu persamaan tujuan yaitu, seni. Dalam sejarahnya kedua
disiplin ilmu itu telah diterapkan secara bersamaan, walaupun secara
umum penerapan desain grafis masih berbentuk seni aplikasi yang di
terapkan sebagai bagian dari elemen dekoratif dalam sebuah ruang.
Pesatnya kemajuan teknologi akhir-akhir ini dengan fenomena revolusi
digital dan dunia maya –internet– telah mengakibatkan meleburnya
berbagai disiplin ilmu, seperti desain interior, desain produk (industrial design), desain grafis, fashion
hingga fotografi dalam kesatuan yang dinamis. Kolaborasi berbagai
disiplin ilmu itu menjadikan setiap karya menjadi lebih variatif.
Kemampuan kreatifitas menjadi sebuah “kunci” untuk membuka setiap
disiplin ilmu dan menerapkannya menjadi sebuah karya yang tak terduga,
penuh surprise dan menjadi sebuah karya yang inovatif.
Kini, banyak sekali desainer interior yang berkolaborasi atau
bekerja sendiri menggunakan grafis sebagai elemen utama dalam
rancangannya. Sebut saja beberapa proyek komersial dan private karya Philip Starck, seperti beberapa proyek restaurant,
atau Fox Hotel di Copenhagen milik grup Volkswagen yang bekerja sama
dengan penerbit De Gestalten Verlag untuk menyusun daftar seniman yang
diikut sertakan dalam proyek ini.
Silas & Maria
| Interior & Exteriror Store Graphics
After creating two series of fabric prints based on optical
illusions, Silas wanted to incorporate the visual ideas into designs for
the interiors and exteriors of their Tokyo, Nagoya and Osaka stores.
The optical prints were developed into these large scale wall
pieces that drew reference from hypnotic imagery, the cult film ‘They
Live’ and Silas’ anti-fashion ethos.
The exterior graphics used specially designed iconic logos set
over optical patterns of lines that use the optical effect to contain
hidden messages that encourage free thought. (Step back from your screen
and see if you can read them. Honestly.)
The interior graphics were more detailed and complex as they
would be seen close up and were made up of patterns of interwoven lines,
Silas logos, phrases about perception and images from the seasons look
book.
Menggunakan gaya graphical dalam sebuah rancangan memberikan
keuntungan tersendiri, dimana komunikasi visual terjadi dengan spontan,
menjadikan ruang tersebut “berbicara”. Komunikasi yang terjadi ini
secara sadar atau tidak telah menjadikan publik dalam ruang tersebut
menjadi terprovokasi, terbawa menyatu antara ruang dan emosi. Selain itu
menggunakan elemen iconic juga dapat memberikan sebuah efek lain yang sangat imajinatif bagi publik yang menikmati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar